14 Perusahaan Multinasional Dukung Peningkatan Produksi Pertanian : Sebagai Pemenuhan Bussiness as Usual

Monday, 13 June 2011 14:49
Oleh : Ade Herlina Oktaviany

Artikel ini sangat menarik perhatian Saya, ketika membaca judulnya. “14 Perusahaan Multinasional Dukung Peningkatan Produksi Pertanian”, begitulah judulnya. Artikel ini diterbitkan di Antara News online pada hari Minggu, 12 Juni 2011. Sampai hari ini (Senin, 13 Juni 2011), artikel tersebut dibaca oleh 633 orang. Rasa penasaran saya ternyata benar, bahwa 14 perusahaan multinasional tersebut terdiri dari Nestle, Sinar Mas, Dupont, Unilever, Sygenta, Kraft, Cargill, Astra International dan Indofood, yang ditunjuk langsung untuk mendukung peningkatan produksi pertanian di Indonesia. Nama-nama perusahaan multinasional inilah yang selama ini memonopoli hasil pertanian termasuk bibit, benih dan pestisida kepada petani.

Pernyataan mengenai keterlibatan 14 perusahaan multinasional yang akan mendukung peningkatan produksi pertanian di lontarkan oleh wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi, ketika di wawancarai saat diadakanya World Economic Forum (WEF), yang diadakan di Jakarta. Pertemuan ini diadakan 3 kali dalam setahun. Menurut Bayu Krsnamurthi, Indonesia di pilih sebagai mitra karena melihat potensi Sumber Daya Alam dan pasar yang besar. Indonesia memang memiliki potensi sumber daya yang besar, baik di bidang pertanian dan perkebunan, tapi selama ini hasil dari pertanian dan perkebunan memang dimanfaatkan untuk kebutuhan pasar dan bisnis bukan untuk kebutuhan konsumsi pangan masyarakat Indonesia. Sangat di sayangkan sekali keputusan pemerintah untuk menjalin mitra kerjasama dengan 14 perusahaan multinasional tersebut, yang nyata-nyata selama ini menjadi actor yang menyebabkan pemiskinan terhadap petani.

Setelah membaca lebih detail lagi, ternyata kerjasama yang dijalin oleh perusahaan-perusahaan tersebut, tidak lain dan tidak bukan hanya untuk kepentingan bisnis semata, kenapa demikian pernyataan saya, karena memang dituliskan dalam artikel tersebut, pertanian yang ditingkatkan adalah pertanian untuk memperluas kebun coklat dan perkebunan sawit. Menurut kepentingan perusahaan-perusahaan tersebut. Menurut Hatta Rajasa, selain untuk meningkatkan butuhan petani juga membantu menggurangi dampak perubahan iklim. Pernyataan yang memang jelas-jelas tidak berdasar, dari mana pengurangan dampak perubahan iklim itu terjadi apabila perluasan perkebunan sawit secara skala besar dibuka.

Jelas memang ini hanya untuk kepentingan perusahaan dan bisnis semata, tanpa memikirkan kebutuhan petani dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Kebutuhan masyarakat Indonesia saat ini baik untuk kesejahteraan petani adalah bagaimana petani mendapatkan kembali hak-haknya terhadap tanah, dan pengelolaan pertanian yang sehat dan peningkatan produktifitas. Secara keseluruhan masyarakat Indonesia masih banyak yang kekurangan pangan dan kurang gizi. Karena pemenuhan pangan yang tidak merata. Belum lagi, pembukaan lahan oleh Cina di Maumere yang dikenal dengan food estate, hanya menjadikan rakyat Indonesia sebagai buruh. Seperti yang diketahui bersama pembukaan lahan sawit, dan banyaknya perkebunan kelapa sawit saat ini, telah banyak meningkatkan konflik lahan dan eksploitasi buruh perempuan yang bekerja di perkebunan kelapa sawit. Belum lagi dampak perkebunan kelapa sawit sendiri yang banyak menyedot air sehingga membuat tanah-tanah menjadi kering dan berdampak pada lahan di sekililingnya.

Perluasan kebun sawit dan coklat, bukanlah hal yang menjawab krisis pangan yang terjadi di Indonesia. situasi ini juga bukan jawaban untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Petani hanya akan menjadi buruh yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan perusahaan. Kalau pada era Soeharto situasi pertanian memang diorientasikan pada pertanian, petani juga diharuskan untuk meningkatkan produksi beras. Pada era ini apabila ini akan terlaksana pada tahun ini, tahun-tahun kedepanya kita akan melihat disepanjang jalan bukan lagi sawah, tapi perkebunan coklat dan sawit. Semakin meluasnya perkebunan ini akan berdampak pada penyingkiran tanaman rakyat dampaknya lagi akan banyak perempuan yang akan kehilangan sumber-sumber produksinya dan mata pencaharianya, juga tanahnya yang bukan hanya sebagai nilai ekonomis dan moneter, melainkan juga punya nilai filosofis bagi perempuan. Apabila kondisi ini tidak dapat diatasi maka, perempuan akan terkena dampak yang berlipat ganda dibandingkan laki-laki karena peran-peran gendernya, dan semakin memiskinkan perempuan.

source >>

Translate »