Liputan Oleh : Ega Melindo
Jakarta, 30 Juli 2016. Solidaritas Perempuan (SP) bersama dengan puluhan organisasi masyarakat sipil serta komunitas lainnya, berdiskusi dan menyuarakan berbagai persoalan yang dialami masyarakat melalui Halal be halal Silaturasa. Kegiatan yang diselenggarakan di teater Plaza Taman Ismail Marzuki ini, difasilitasi oleh ‘Komunitas Taring Babi Marjinal, komunitas Taring babi Marjinal adalah,komunitas independen, juga dikenal sebagai marjinal, Afra (Anti Fasis, Anti Rasis yang beranggotakan Mike, salah satu pendiri marjinal mengatakan bahwa salah satu tujuan utama lahirnya komunitas Taring babi adalah untuk memerangi diskriminasi menentang ketidakadilan. Marjinal komunitas yang menyuarakan kegelisah dengan musik dan seni di pinggiran Jakarta selama hampir sepuluh tahun. Sebagai sebuah komunitas, mereka berkomitmen untuk berjuang untuk kesetaraan dan keadilan dan sering bergabung dengan pasukan band lokal, media kolektif, dan organisasi pekerja untuk membangun kegiatan dan kampanye yang inklusif dan kreatif.
Berawal dari kegelisahan pula Halal Be halalal Silaturasa sebagai ruang untuk mengungkapkan rasa bela rasa terhadap maraknya kondisi ketidakadilan yang terjadi di Indonesia khususnya yang terjadi pada Petani dan Nelayan. Diselenggarakan oleh komunitas Taring babi Marjinal.
Melalui Silaturasa, SP bersama perempuan Komunitas dari SP Jabotabek terlibat dengan menyuarakan ‘Perempuan Berdaya Berlawan berdaulat’. Hal ini didorong oleh kian maraknya praktik-praktik penindasan yang dialami oleh perempuan, yang terjadi lewat lahirnya kebijakan-kebijakan pemerintah yang memperkuat pemiskinan perempuan, merampas sumber-sumber kehidupan perempuan, serta mendiskriminasi perempuan. Berbagai proyek reklamasi yang terjadi di Jakarta, Makassar, Bali, dan berbagai wilayah Indonesia lainnya, berakibat pada hilangnya sumber-sumber penghidupan nelayan dan masyarakat pesisir, di mana perempuan menghadapi dampak dan beban yang berlapis akbat peran gender perempuan sebagai penyedia pangan.Perampasan sumber-sumber kehidupan perempuan juga terjadi lewat proyek-proyek tambang dan perkebunan skala besar seperti kelapa sawit yang eksploitatif dan menghancurkan wilayah tempat tinggal maupun wilayah kelola perempuan. “Perempuan Berdaya,Berlawan,Berdaulat adalah menyuarakan bahwa kedaulatan perempuan mesti direbut dan diperjuangkan. Perjuangan dan perlawanan kepada kapitalis yang merebut kedaulatan perempuan diawali dari bagaimana perempuan memperjuangkan otoritas atas dirinya, keluar dari belenggu penindasan termasuk dari kebijakan yang diskriminatif terhadap perempuan,” ujar Zakia Nisa, dari divisi Kedaulatan Perempuan atas Seksualitas Solidaritas Perempuan.
Ajakan kepada seluruh perempuan untuk Berdaya Berlawan dan Berdaulat disampaikan melalui teater Ungu SP Jabotabek. Melalui teaterikal tersebut, SP menyampaikan mengapa pentingnya perempuan berdaulat merebut kedaulatan tubuh dan diri perempuan serta kedaulatan atas sumber sumber penghidupan nya yang disampaikan Sebagai bagian dalam cerita teaterikal anggrek ungu SP juga mengajak pengunjung untuk ikut menari sebagai sebuah simbol untuk Perempuan melepaskan diri dari penindasan, dan bergerak merebut kedaulatan.
Tak hanya SP, banyak perempuan juga menyuarakan situasi dan persoalan yang mereka alami melalui kegiatan ini, di antaranya adalah perempuan-perempuan petani dari Kendeng. Saat ini, mereka tengah berjuang menolak Pabrik Semen yang merampas tanah dan sumber-sumber kehidupan mereka. Di Saung Kreatif SP, para perempuan ‘Kartini’ Kendeng turut menyerukan ’Peremuan Berdaya, Berlawan, Berdaulat’ serta terlibat di dalam kampanye 1000 Potret Perempuan Tolak Reklamasi
Melalui Saung kreatifnya, SP juga menyebarkan informasi Mengapa perempuan harus Menolak Reklamasi serta mengajak para pungunjung untuk terlibat di dalam kampanye 1000 Potret Perempuan Tolak Reklamasi. Setidaknya terdapat seratus orang Perempuan yang mendukung kampanye ini melalui foto diri bersama dengan tulisan ‘Tolak Reklamasi.’ Pada kesempatan ini, SP juga menyebarkan informasi mengenai profil dan kerja-kerja organisasi, termasuk informasi mengenai Lingkar Sahabat SP, sebagai ruang bagi masyarakat terutama kelompok muda untuk bersama-sama SP memperjuangkan kedaulatan perempuan.