Jangan Jadikan Perempuan Korban Pesta Demokrasi: Menjelang Pemilikada

Hari Perempuan Sedunia yang bertepatan tanggal 8 maret, merupakan momentum untuk mengakui dan memperjuangkan hak – hak perempuan. Begitupun bagi perempuan – perempuan di Aceh, yang sampai saat ini terus memperjuangkan hak –haknya.

Menjelang pemilukada yang akan berlangsung April 2012 mendatang, merupakan momentum penting bagi perubahan situasi di Aceh. Denganjumlah pemilih perempuan yang lebih dari 61%, menjadikan satu kekuatan untuk memperjuangkan kepentingan perempuan. Namun ironisnya keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan, perempuan hanya dijadikan ”objek” untuk memenangkan pemilukada, bahkan tidak jarang perempuan juga mengalami intimidasi dari salah satu pendukung kandidat. Rendahnya pendidikan perempuan merupakan salah satu penyebabnya, sehingga perempuan sulit untuk menentukan kandidat yang akan mereka pilih.Hasil kajian Solidaritas dengan perempuan di Aceh besar, memperlihatkan bahwa mereka akan memilih kandidat sesuai amanah suami/bapak.

Namun sampai saat ini, belum ada satu kandidat pun yang dengan serius dan nyata memperjuangkan hak – hak perempuan di Aceh. Ini terlihat dari kampanye visi misi yang disampaikan para kandidat tidak ada yang menyentuh kepentingan perempuan. Padahal situasi perempuan di Aceh, semakin terancam ke depan, terutama dengan kebijakan – kebijakan yang diskriminatif terhadap perempuan dan mengontrol tubuh perempuan, maupun pengelolaan sumber daya alam yang berorientasi pasar dan kepentingan pemodal.

Pengelolaan sumber daya alam yang eksploitatif dan masih berorientasi pada pertambangan, ternyata hanya untuk kepentingan perusahaan saja dan tidak membawa kesejahteraan bagi rakyat, terutama perempuan. “Kehadiran pertambangan di Aceh, telah mengancam sumber – sumber kehidupan perempuan, mulai dari pencemaran udara, air dan tanah, hingga hilangnya sumber mata pencaharian perempuan, telah meminggirkan perempuan dalam mengakses dan mengontrol sumber daya alam mereka” Ungkap Cut Risma Aini (Ketua Badan Eksekutif Komunitas). Tidak hanya itu, penghancuran sumber daya alam telah menguatkan ketidakadilan gender.

Ancaman kehidupan perempuan semakin diperparah dengan situasi perubahan iklim yang telah mengancam kehidupan perempuan, mulai dari gagal panen, cuaca ekstremhingga bencana membuat perempuan semakin terpuruk dan semakin miskin ,beban kerja berlapis, kekerasan, diskriminasi, stereotyping dan marjinalisasi menjadi situasi sehari –hari yang harus di hadapi perempuan dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Hal ini mengakibatkan perempuan pada posisi semakin lemah dalam keluarga apalagi dalam pengambilan keputusan di ranah publik.

Situasi perempuan tersebut tidak menjadi prioritas bagi pemerintah. Pemerintah justru disibukkan dengan kebijakan dan proyek – proyek mitigasi, salah satunya REDD (Pengurangan Emisi melalui Deforestasi dan degradasi hutan).Program ini justru membuat perempuan terancam kehilangan akses mereka untuk menjaga hutan padahal hutan merupakan sumber penghasilan untuk keberlanjutan hidup mereka dan lagi lagi pemerintah tidak melibatkan mereka dalam perencanaan program REDD ini. “Perempuan tidak pernah dilibatkan dan diinformasikan mengenai kebijakan dan proyek – proyek REDD ini” Lanjut Cut Risma Aini.

Melihat berbagai situasi tersebut, maka Solidaritas Perempuan Aceh menuntut :

  1. Memastikan tidak terjadi intimidasi kepada perempuan menjelang pemilukada.
  2. Mendesak para kandidat untuk memiliki strategi pengelolaansumber daya alam berbasis kepentingan rakyat, terutama perempuan
  3. Mendesak pemerintah Aceh untuk meninjau ulang kebijakan dan pelaksanaan REDD di Aceh.
  4. Meminta para kandidat PEMILUKADA tahun 2012 untuk memberikan informasi yang transparan terkait program program yang di rencanakan kepada perempuan di Aceh

Kontak Person :

SP.ACEH (0651 31100)

Cut Risma Aini ( Ketua Badan Eksekutif Komunitas SP Aceh) : 0811687492

Maifa Yetti (Koordinator Program BEK SP Aceh) : 0852 6000 6728

Translate »