Kampanye Save Our Sisters: Langkah Awal Kaula Muda Menyuarakan Anti Kekerasan Berbasis Gender dan Perlawanam Terhadap Perdagangan Perempuan

Oleh: Vania Utamie Subiaktosave our sister

Sampai saat ini, kejahatan trafficking masih terus terjadi di Indonesia. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak, termasuk perempuan yang bekerja sebagai Buruh Migran. Bahkan, pada tahun 2013, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan memperkirakan 20 persen Buruh Migran Indonesia menjadi korban perdagangan manusia. Data trafficking juga dirilis oleh International Organisation of Migration (IOM) Indonesia, yang sejak Maret 2005 hingga Desember 2011 menangani 4067 kasus Trafficking. 3,942 kasus trafficking di antaranya dialami oleh warga negara Indonesia yang 88% korbannya adalah perempuan.  Angka tersebut belum mencakup kasus trafficking yang belum terdata, di mana jumlah tersebut diperkirakan lebih besar.

Tingginya angka trafficking yang dialami perempuan menunjukan bahwa perempuan rentan menjadi korban trafficking. Situasi tersebut tidak terlepas dari kekerasan berbasis gender, yang diakibatkan adanya konstruksi gender, atau persepsi yang dibangun di dalam sosial budaya kita yang menganggap perempuan lebih rendah/lemah daripada laki-laki dan masih dilihat sebagai kelompok nomor dua. Hal ini mengakibatkan perempuan sering tidak mendapatkan informasi, dan tidak dapat menyampaikan pandangannya, dan pada akhirnya menempatkan perempuan dalam posisi rentan menjadi korban trafficking.

Sebagai bentuk perlawanan terhadap berbagai kebijakan yang menempatkan Perempuan dalam situasi rentan terhadap Trafficking, Solidaritas Perempuan, meluncurkan kampanye Save Our Sisters: Selamatkan Perempuan Buruh Migran dari Trafficking. Kampanye ini mengajak  pemuda pemudi khususnya mahasiswa untuk turut andil dalam menyuarakan perlindungan Buruh Migran Perempuan beserta keluarganya.

Save Our Sisters merupakan Media kampanye Solidaritas Perempuan ditujukan untuk menyuarakan situasi  BMP serta mendorong Perlindungan Buruh Migran Perempuan dari praktik-praktik trafficking, seperti adanya Iming-iming upah yang besar, penempatan pekerjaan di rumah yang layak dihuni dan adanya kesempatan pergi haji ketika bekerja di Arab Saudi.

Roadshow Kampanye “Save Our Sisters” dikemas dalam bentuk  Talkshow dengan tema Mendorong Perlindungan Perempuan, khususnya Perempuan Buruh Migran dari Kekerasan Berbasis Gender dan Trafficking. Solidaritas Perempuan bekerja sama dengan sejumlah organisasi Mahasiswa, seperti Font Mahasiswa Nasional dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, KOHATI Pimpinan Besar Himpunan Mahasiswa Islam, serta Dewan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Rangkaian Roadshow Kampanye, Diawali di Teater Daun Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (11/3/2015). Persoalan buruh migran beserta keluarganya dalam konteks globalisasi, Fundamentalisme dan Kekerasan Terhadap Perempuan, dikupas oleh Nisaa Yura (Kepala Divisi Migrasi Trafficking HIV dan AIDS). Kegiatan Roadshow ini merupakan ruang kampanye dalam berbagai bentuk aksi termasuk melalui media sosial untuk memberikan ruang publik bagi SP dan mahasiswa menyuarakan persoalan buruh migran perempuan serta mendesak pemerintah segera menyusun kebijakan perlindungan buruh migran, khususnya BMP-PRT.

Roadshow kampanye kedua (12/3/15) dilakukan bekerja sama dengan KOHATI PB HMI, dan Engage media. Acara ini dihadiri oleh 100 kader Kohati se-Indonesia yang sedang mengikuti Training Kepemimpinan dan Advokasi. Di hadapan para peserta, Koordinator Program SP, Puspa Dewy berujar, “Buruh Migran sebagai warga Negara mempunyai Hak dan kedudukan yang sama untuk memperoleh hak dihargai, hak diakui, hak dilindungi, dari berbagai lini.”

Sementara, Dhyta Caturani dari Engage Media memberikan gambaran bagaimana video dapat menjadi media advokasi dalam memperjuangkan perlindungan terhadap Buruh Migran. “Antusias peserta kegiatan ini tidak hanya dari daerah Jabodetabek tetapi teman-teman dari Sumbawa, Aceh, Kendari, Papua yang ingin bergabung dalam mengadvokasikan serta melakukan pergerakan untuk dapat menyuarakan anti kekerasan berbasis gender dan trafficking,” ungkap Ketua PB Kohati, Endah Cahya. Upaya tersebut merupakan langkah nyata, yang harus dilakukan oleh kalangan pemuda untuk dapat membangun daerahnya masing-masing dari adanya praktik-praktik trafficking yang masih membudaya di Indonesia.

Pada rangkaian Terakhir dari Roadshow Kampus tahun ini, Solidaritas Perempuan mengajak Dewan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (24/3) untuk menyuarakan perlindungan Buruh Migran Perempuan dan memastikan Negara melakukan kewajibannya dalam  melindungi seluruh warga negaranya terutama PRT Migran. Adapun ketiga pemateri dalam kegiatan ini adalah Wahidah Rustam (Ketua Badan Eksekutif Nasional Solidaritas Perempuan), Ana Sabhana Azmi (Dosen Fisip UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan Rifqi (Ketua Dewan Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

Menurut Ketua Badan Eksekutif Nasional SP, Wahidah Rustam, faktor pemicu perempuan memutuskan untuk bekerja diranah public menjadi Buruh Migran, yang mayoritasnya bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga tidak terlepas dari konstruksi budaya yang ada di Indonesia. “Hubungan Relasi Kuasa yang timpang antara laki-laki dan perempuan terutama dalam kedudukan di dalam keluarga serta Pemiskinan yang dialami oleh Buruh Migran Perempuan dan Keluarganya seringkali ‘memaksa’ perempuan bekerja ke luar negeri sebagai PRT migran,” kata dia.

”Di dalam proses pengambilan keputusan, perempuan seringkali tidak dilibatkan termasuk dalam hal yang terkait pada kehidupan perempuan. Seringkali, BMP pergi ke luar negeri karena dipaksa oleh ayah atau suami sebagai jalan untuk menyelesaikan persoalan pemiskinan di dalam keluarganya. Sayangnya, menjadi Buruh Migran pada umumnya tidak menyelasaikan persoalan perempuan,” lanjut Wahidah. Talkshow ditutup dengan peluncuran Kampanye “Save Our Sisters” Peluncuran tersebut dilakukan dengan penjelasan mengenai kampanye SOS dan ajakan bagi para mahasiswa untuk terlibat. Secara simbolis peluncuran dilakukan dengan foto bersama untuk mendukung kampanye SOS.

Roadshow Kampanye SOS ini juga menghasilkan komitmen dari pihak-pihak yang bekerja sama. Acara yang dilakukan bukanlah kerja sama terakhir, melainkan langkah awal dari komitmen dalam menyuarakan perlindungan Buruh Migran beserta Keluarganya. Dukungan dari mahasiswa atau kelompok muda akan menjadi kekuatan besar dalam membangun kesadaran dan solidaritas untuk melawan kekerasan berbasis gender dan trafficking.

Translate »