Liputan Aksi “ KMMSAJ Menolak Privatisasi Air ”

Koalisi Masyarakat Menolak Swastanisasi Air Jakarta
(KruHA – Solidaritas Perempuan Jabotabek – LBH Jakarta  – WALHI Jakarta – KAU – KIARA – JRMK – UPC – FPPI – ICW)
Senin, 13 Mei 2013, pukul 10.30 WIB, Koalisi Masyarakat Menolak Swastanisasi Air Jakarta (KMMSAJ), yang terdiri  dari  Solidaritas Perempuan (SP) Jabotabek, KRuHa, FPPI, Walhi Jakarta, dan lain-lain bersama Komunitas Pelanggan Air Minum Jakarta (Komparta),  kembali  menggelar aksi  di Bundaran Hotel Indonesia-Jakarta. Aksi ini dihadiri oleh masyarakat, laki-laki dan perempuan, yang terkena dampak buruk  privatisasi air sekaligus menjadi penggugat dalam Gugatan Warga Negara (GWN) yang menuntut pemutusan kontrak kerja sama antara PAM Jaya dengan PT Palyja dan PT Aetra. Aksi ini dilakukan sebelum digelarnya sidang  di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan agenda eksepsi dari tergugat. Tujuan aksi ini adalah agar masyarakat luas mengetahui perkembangan permasalahan privatisasi air di Jakarta, serta terus ikut mengawal proses GWN yang masih berlangsung.

Aksi bersama ini dilakukan dalam bentuk aksi teatrikal dan pembacaan puisi yang menyuarakan dampak dan kerugian masyarakat Jakarta, khususnya masyarakat miskin, akibat pengelolaan air oleh PT. Palyja dan PT. Aetra yang jauh dari standar air bersih. Teaterikal dilakukan oleh 4 orang, 3 orang perempuan berperan sebagai rakyat, dan seorang laki-laki yang berlakon sebagai pemilik PT. Aetra. Aksi yang dilakukan oleh peserta aksi menggambarkan pengalaman dan situasi yang dialami perempuan sejak pengelolaan air Jakarta dialihkan kepada swasta, seperti sulitnya mengakses air, kecilnya debit air yang keluar di rumah mereka, dan kualitas air yang berbau dan berwarna kekuningan, dengan tetap dituntut untuk membayar tagihan untuk pelayanan air yang buruk.

“Kita orang kecil, susah dapet air bagus, air kita keluarnya kecil banget, suami kita mana mau nungguin air sampai malem, yang ada suami pada tidur, kita harus tetep tunggui air yang keluarnya kecil banget dan bau” Ibu Santi dari SP Jabotabek berkata dalam salah satu adegan.

Aksi ditutup dengan pembacaan puisi oleh Ibu Yayat dari SP Jabotabek, yang menceritakan tentang kegelisahan para perempuan saat mereka terpisah dengan sumber daya alam, khususnya air, bagaimana perempuan sangat menderita akibat berbagai macam penyerobotan sumber daya alam oleh pihak-pihak asing. Masih dalam rangkaian aksi, Bapak Achmad Djiddan Safwan, perwakilan dari Komparta kemudian menyerahkan Surat Terbuka kepada Presiden Republik Indonesia dengan tuntutan serupa yang menekankan pada kerugian yang dialami warga Jakarta yang menjadi pelanggan air. Penyerahan surat terbuka tersebut dilakukan di Istana Presiden RI, sebelum bersama-sama dengan peserta aksi lainnya menghadiri sidang GWN di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Perjuangan akan terus dilakukan oleh masyarakat, baik laki-laki dan perempuan, di Jakarta, hingga terpenuhinya tuntutan mereka terkait pemutusan kontrak kerja antara PAM Jaya dengan PT. Palyja dan PT.Aetra dan pengembalian pengelolaan air ke ranah publik untuk pemenuhan hak atas air. Aksi ini diharapkan dapat menjadi penyadaran kepada masyarakat luas mengenai pembelajaran kegagalan privatisasi air Jakarta, serta mengajak masyarakat untuk mendukung perjuangan warga Jakarta menolak privatisasi air untuk pemenuhan hak atas air, salah satunya dengan memantau sidang-sidang GWN.

Peliput : Nisa Anisa

Translate »