Siaran Pers Untuk di siarkan segera
Solidaritas Perempuan Anging Mammiri
Makassar, 18 April 2020. Sejumlah nelayan mengeluhkan aktivitas pembangunan pelabuhan Makassar New Port yang terus beroperasi ditengah situasi penyebaran wabah Covid-19. Nelayan tradisional dan perempuan pencari kerang di pesisir Tallo Makassar, melakukan protes melalui beberapa poster yang berisi keluh kesah yang sedang dihadapi. Saat ini, mereka tidak hanya sedang berjuang mempertahankan sumber penghidupannya di laut dari reklamasi , tapi juga pandemic covid-19 yang menjadi persoalan dan beban baru bagi masyarakat nelayan khususnya perempuan. sejak ditetapkannya pandemic Covid-19 sebagai bencana nasional non alam melalui Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencanan Non Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sebagai Bencana Nasional, Pemerintah telah menghimbau seluruh masyarakat untuk beraktivitas dirumah dan mengurangi aktivtas diluar rumah. Sayangnya, himbauan ini tidak berlaku bagi para pekerja/pelaksana proyek reklamasi MNP yang masih terus beraktivitas, hingga release dikeluaran. Pada tanggal 10 April 2020, Nelayan tradisional mendapati kapal penimbun (Mitchell-III Jakarta) mengangkut material reklamasi untuk perluasan pembangunan pelabuhan Makassar New Port.akibat dari aktivitas tersebut, sejumlah nelayan tradisional kehilangan alat tangkap (rakkang) karena tertimbun lumpur dan materail pembangunan, menurut informasi nelayan kepada sekretariat SP Anging Mammiri, jumlah alat tangkap nelayan yang hilang sebanyak 70 buah, dengan harga Rp.30.000 /buah. Nelayan pun merasa kesulitan menghentikan aktivitas penimbunan tersebut, karena aktivitas penimbunan dilakukan pada malam hari. Ditengah situasi seperti itu, nelayan coba membuat pesan kepada publik terkhusus pemerintah, melalui tulisan poster,. “ Bagaimana kami rakyat kecil, apalagi kami para nelayan melakukan lockdown sedangkan diluar sana para pekerja Makassar new Port masih tetap beroperasi sampai saat ini”. Tulisan salah satu nelayan tradisional sambil memegang spanduk yang dibuatnya.
Pada tanggal 6 Februari 2020, Nelayan tradisonal dan perempuan pesisir yang berjumlah sekitar 200 orang, melakukan aksi damai di depan kantor PT.Pelindo IV untuk menuntut pemulihan hak atas kerugian yang ditimbulkan akibat aktivitas pembangunan pelabuhan Makassar New Port yang dilakukan sejak tahun 2017. Masyarakat, khususnya di Kelurahan Tallo, Buloa dan Cambaya terus melakukan berbagai langkah dan upaya untuk mendesak Pemerintah dan perusahaan agar menghentikan seluruh aktivtas pembangunan yang telah merampas ruang kelola nelayan, termasuk perempuan pencari kerang dan kanjappang, namun sampai hari ini apa yang menjadi suara rakyat dan kepentingan perempuan tidak menjadi sesuatu yang prioritas untuk ditindaklanjuti oleh Pemerintah.
Saat ini masyarakat khususnya perempuan pesisir, tidak hanya diperhadapkan dengan perampasan akses dan control terhadap sumber kehidupan di laut, , tapi juga diperhadapkan pada bencana non alam penyebaran wabah covid-19. Perempuan memiliki dampak berlapis di samping harus memastikan ketersedian pangan keluarga (konstruksi peran gender) juga berpotensi mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) akibat tekanan stress dalam rumah tangga.. “Penyebaran covid-19 dan perluasan pembangunan MNP mengancam khidupan perempuan pesisir”. poster, ungkapan keresahan perempuan pesisir di Kelurahan Tallo.
sejak munculnya penyebaran wabah covid-19 yang disertai dengan himbauan Pemerintah untuk tetap dirumah, tidak dibarengi dengan tanggung jawab Pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Hingga ditebitkannya SK penetapan pembatasan sosial berskala besar di wilayah kota Makassar pada 16 April 2020, masyarakat nelayan di pesisir belum di data sebagai masyarakat yang prioritas untuk mendapat bantuan logistik dari Pemerintah. ”Kami mendesak Pemerintah dan perusahaan untuk segera menghentikan aktivitas pembangunan proyek Makassar New Port dan fokus untuk melakukan penanganan pada situasi pandemi Covid-19, termasuk memastikan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat selama tinggal di rumah” Ucap Musdalifah Jamal, Ketua Badan Eksekutif Komunitas Soldiaritas Perempuan Anging Mammiri.
Kontak Person :
Suryani /Koordinator Program Solidaritas Perempuan Anging Mammiri (085 255 955 291)