Lampung, 16 Oktober 2017. Memperingati hari pangan dunia, Solidaritas Perempuan (SP) Sebay Lampung bersama perempuan petani sidodadi dan perempuan pesisir teluk bone cungkeng melakukan aksi di tugu Gajah Adipura Bandar Lampung, senin (16/10) kemarin. Di desa sidodadi kec. Teluk pandan kab. Pasawaran terdapat lebih dari 50 KK perempuan petani terancam kedaulatannya atas pangan, dengan adanya program pemerintah provinsi lampung yang mengacu pada kebijakan nasional Peraturan Menteri Pertanian no. 18/Permentan/OT.140/2/2010 Badan Pertahanan Pangan untuk menghimbau penanaman kakau/penyeragaman bibit dan pupuk kimia.
Melalui peraturan dan kebijakan ini tentunya mengancam produksi lokal dimana masyarakat umumnya menanam kopi, pisang, lada, dan ubi-ubian , harus merubah pola produksi yang sudah dilakukan secara turun menurun. Hal ini mengancam hilangnya pengetahuan local perempuan di desa sidodadi dalam memproduksi pangan mereka. Dampak lain dari andanya penyeragaman bibit dan pupuk kimia mengancam kesehatan reproduksi perempuan, tanah menjadi tidak subur, muncul hama-hama baru dengan demikian hasil pertanian menurun yang berakibat pada pemiskinan dan peminggiran petani khususnya petani perempuan.
Di sisi lain perempuan di desa teluk bone cungkeng juga terancam kedaulatannya atas pangan dari hasil laut, melalui kebijakan perda RT/RW no 10 tahun 2011 terkait tata ruang wilayah pesisir yang berujung pada reklamasi berdampak pada hilangnya sumber-sumber penghidupan masyarakat pesisir dari hasil laut, hasil tangkapan ikan menjadi sedikit, dan harga pangan ikanpun mahal dipasaran sehingga perempuan pesisir kehilangan sumber penghidupan dari olahan pangan hasil laut. Selain itu kebijakan pemerintah provinsi lampung yang ingin menerbitkan perda terkait Rencana Zonasi Pesisir dan Pulau-pulau kecil (RZWP3K) yang tidak melibatkan masyarakat pesisir terutama perempuan pesisir dalam penyusunan perda tersebut akan mengancam kedaulatan pangan perempuan dari hasil laut.
Untuk itu, pada hari pangan sedunia 2017 solidaritas perempuan bersama dengan perempuan petani sidodadi dan perempuan pesisir teluk bone cungkeng menyerukan kepada seluruh masyarakat di provinsi lampung untuk mengembalikan pertanian kembali ke sistem tradisional.
Selain itu meminta pemerintah untuk menyetop produksi pangan impor, melindungi kearifan lokal dan pengetahuan perempuan atas pangan dan mengembalikan kedaulatan perempuan atas benih.
SP Sebay Lampung juga meminta pemerintah untuk menyetop reklamasi yang mengancam kedaulatan perempuan atas pangan dan liberalisasi pertanian, serta mendesak untuk melibatkan masyarakat/ perempuan pesisir dalam penyusunan Perda RZWP3K.
Sumber:
Lampungkita News (http://lampungkita.id/penetrasi-globalisasi-mengancam-kedaulatan-perempuan-atas-pangan/)