Pada 26 September 2022, sebanyak 18 orang kelompok muda yang berasal dari Timor, Sabu, Flores dan Lembata telah menyatakan diri untuk disahkan menjadi anggota Perserikatan Solidaritas Perempuan (PSP) di NTT. Pengesahan anggota ini dilakukan di Kota Kupang oleh Badan Eksekutif Nasional. Dari 18 orang anggota yang disahkan, 16 orang hadir secara luring dan 2 orang hadir secara daring. Sebagian besar kelompok muda yang telah disahkan ini telah intens berinteraksi dan terlibat dalam kerja-kerja PSP sejak tahun 2017 di NTT.
Pengesahan anggota baru di NTT merupakan salah satu mandat anggota PSP melalui Kongres VIII di Kendari 2019 untuk perluasan gerakan dan pencapaian visi misi di Nusa Tenggara Timur. Hal tersebut berdasarkan fakta situasi ketidakadilan dan penindasan yang dialami oleh perempuan di NTT, sekaligus peran penting dan potensi perempuan NTT di dalam perjuangan. Harapannyakehadiran anggota di NTT mampu menyebarluaskan, menanamkan nilai feminis, dan melakukan perjuangan bersama perempuan akar rumput.
Salah satu peserta, Cicio Subakti menyatakan ketertarikannya bergabung dengan PSP karena ingin belajar dan berproses. “Saling memperkuat gerakan dan berkontribusi dalam memperjuangkan kedaulatan perempuan. Isu-isu yang diangkat pun berkaitan dengan permasalahan yang dialami perempuan saat ini sehingga kita saling menguatkan dan berbagi dalam ruang aman,” tuturnya.
Peserta lainnya, Yulia Benu menyatakan awal mula ketertarikannya dimulai dari isu buruh migran. Yulia juga terlibat dalam advokasi Mariance Kabu, seorang buruh migran korban perdagangan orang dan kekerasan di Malaysia, yang juga diadvokasi oleh PSP. “Selain itu beta melihat SP sebagai ruang belajar bersama dan aman bagi perempuan baik itu perempuan-perempuan muda maupun perempuan akar rumput untuk bersolidaritas menghadapi persoalan-persoalan di NTT. Beta senang karena ada kesempatan untuk bertemu dan belajar dari lebih banyak perempuan aktivis yang bergerak di komunitas di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Ini memberi beta semangat untuk bisa memahami panggilan beta sebagai pendeta,” ungkapnya.
Baik Cicio dan Yulia juga berharap bahwa kesempatannya berproses di PSP akan memperkuat perjuangan perempuan. “Harapan besar saya setelah menjadi anggota SP ialah saya dapat menjadi mitra untuk mendengarkan persoalan perempuan saat ini kemudian bersama teman-teman anggota SP kita bisa saling membantu memperjuangkan persoalan itu secara kolektif,” tutur Cicio.